Tangis Keluarga Pecah Saat Antar Jenazah Siswa SMPN 19 Korban Bully
Tangerang Selatan, — Suasana haru dan duka menyelimuti keluarga saat jenazah MH, siswa SMPN 19 Kota Tangerang Selatan, dibawa untuk dikebumikan. Tangisan pecah memenuhi prosesi pemakaman, menandai kedalaman luka emosional yang dirasakan orang tua dan kerabat setelah tragedi dugaan bullying yang menimpa anak mereka.
Kronologi dan Dugaan Bullying
Menurut laporan, MH (13) telah menjadi korban perundungan sejak masa Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Dugaan tindakan kekerasan mencakup pemukulan dan penendangan, bahkan menurut keluarga, puncaknya terjadi pada 20 Oktober 2025 ketika korban dipukul di kepala menggunakan kursi besi oleh salah satu temannya.
Setelah insiden tersebut, kondisi MH memburuk. Ia dilarikan ke rumah sakit karena mengalami keluhan sakit pada kepala. Menurut kabar dari keluarga, dampak dari dugaan bullying ini begitu parah: MH menjadi lemas, penglihatannya menurun (“rabun”), hingga mengalami kesulitan makan.
Perawatan dan Kematian
Korban akhirnya menjalani perawatan intensif. Berdasarkan laporan, MH sempat koma sebelum meninggal dunia di RS Fatmawati, Jakarta Selatan. Sekitar satu pekan ia dirawat di rumah sakit sebelum dinyatakan meninggal.
Reaksi Keluarga dan Masyarakat
Momen pemakaman jadi puncak kesedihan bagi keluarga. Tangis pecah saat tubuh MH dibawa, menunjukkan betapa dalam duka yang dirasakan. Keluarga menuntut keadilan atas apa yang dialami anak mereka — mereka berharap penyelidikan atas dugaan bullying ini bisa menghasilkan pertanggungjawaban.
Sementara itu, publik dan pihak-pihak terkait memperhatikan kasus ini secara serius. Kejadian ini kembali menyoroti masalah sistem pengawasan di sekolah terhadap perundungan dan bagaimana pencegahan serta penanganan bullying masih menjadi tantangan besar.
Tanggapan Sekolah & Aparat
Belum jelas dari laporan awal apakah sekolah telah mengeluarkan statement resmi atas insiden ini, atau apakah ada tindakan disipliner terhadap pelaku bullying. Namun, pihak kepolisian dan dinas pendidikan lokal kemungkinan akan ikut dilibatkan dalam penyelidikan, mengingat tekanan publik yang besar. Selain itu, lembaga perlindungan anak mungkin juga terlibat untuk memastikan bahwa kasus ini tidak hanya disikapi sebagai kecelakaan semata.
Seruan untuk Perubahan
Kasus meninggalnya MH menjadi pengingat tragis bahwa bullying di sekolah bukanlah hal sepele. Ini menegaskan perlunya:
- Penguatan sistem pencegahan bullying — agar sekolah memiliki mekanisme yang efektif untuk mendeteksi dan menindak perundungan sejak dini.
- Pendidikan karakter dan empati — bagi siswa dan guru, agar tercipta lingkungan sekolah yang lebih aman, inklusif, dan peduli.
- Dukungan psikologis — tidak hanya untuk korban, tetapi juga untuk keluarga korban, agar duka dan trauma bisa ditangani dengan baik.
- Pertanggungjawaban hukum — bila terbukti terdapat unsur pidana dalam perundungan, maka pelaku dan pihak terkait harus diproses sesuai hukum.
Penulis: Putri Lestari | Editor: Bayu Syahputra
