Kisah Haru di Desa Mataraman: Gadis 14 Tahun Merawat Ibunya yang Lumpuh
Seorang gadis berusia 14 tahun, Dilma Roselva Safarini, tinggal di sebuah rumah sederhana di Desa Simpang Tiga, Kecamatan Mataraman, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan — menjalani hari‑harinya dengan beban tanggung jawab besar meskipun usianya masih belia.
Ibunya, Annisa Mukarramah (38), menjadi lumpuh setelah jatuh dari lantai tiga ketika bekerja sebagai asisten rumah tangga di Arab Saudi beberapa tahun lalu. Sejak saat itu, Dilma menjadi satu‑satunya yang merawat dan mendampingi ibunya setiap hari.
Rutin Mengurus Rumah, Berangkat Sekolah dengan Semangat
Setiap pagi, sebelum berangkat ke sekolah, Dilma sudah sibuk: menyiapkan makanan untuk ibunya, menyuapinya, membersihkan rumah, mencuci pakaian — lalu ia mengenakan seragam dan bersepeda ke sekolah. Semua itu ia lakukan sambil tetap menjaga prestasinya.
Meski dibebani tugas berat di rumah, ia tetap berprestasi di sekolah — sejak taman kanak‑kanak hingga kini duduk di kelas IX di Madrasah Tsanawiyah (MTs). Ia konsisten menjadi peringkat pertama di kelas.
Hidup dari Bantuan Rp 300.000 per Bulan dan Sembako Warga
Sumber pendapatan keluarga mereka sangat terbatas. Setiap bulan, mereka hanya mengandalkan BLT Desa sebesar Rp 300.000, serta bantuan sembako dari warga sekitar.
Kondisi itu membuat perjuangan Dilma dan ibunya makin berat — namun, semangat dan tanggung jawab tetap dijalankan dengan tekad besar.
Sebuah Mimpi Besar: Ingin Jadi Dokter untuk Membahagiakan Ibu
Di balik segala kesederhanaan dan perjuangannya, Dilma memiliki impian besar: ia ingin menjadi dokter — supaya suatu hari bisa mengobati ibu dan membantu banyak orang. “Saya ingin jadi dokter supaya bisa mengobati ibu, dan orang lain juga. Saya pengin ibu bisa jalan lagi,” ujar Dilma dengan pelan.
Ibu‑ibunya pun tak lepas dari rasa bangga dan harapan. Annisa menyematkan doa agar cita‑cita putrinya dikabulkan.
Refleksi — Keteguhan, Harapan, dan Realitas Sosial
Kisah Dilma menampilkan realitas keras tentang beban seorang anak yang harus dewasa lebih cepat karena keterbatasan ekonomi dan fisik orang tua. Pada saat yang sama, kisah ini juga menginspirasi — bahwa dengan tekad, semangat belajar, dan tanggung jawab, harapan tetap bisa dijaga.
Ini juga mengingatkan pentingnya dukungan sosial — baik dari pemerintah, tetangga, maupun lingkungan sekolah — agar anak-anak seperti Dilma punya kesempatan untuk bermimpi dan meraih masa depan yang lebih baik.
Penulis: Siti Nurlela | Editor: Irpan Maulana
