IHSG Melemah 0,20% ke 8.371, PGEO, JPFA, dan ISAT Jadi Top Losers LQ45
Jakarta, 13 November 2025 – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan Kamis (13/11) di zona merah. IHSG terkoreksi sebesar 0,20% atau turun 16,56 poin ke level 8.371,99. Koreksi ini menandai tekanan jual moderat di pasar setelah beberapa hari sebelumnya indeks bergerak fluktuatif di kisaran 8.400.
Pelemahan IHSG kali ini dipengaruhi oleh turunnya mayoritas sektor saham, terutama sektor industri dan teknologi. Investor terlihat cenderung melakukan aksi ambil untung (profit taking) setelah reli penguatan pada awal pekan.
Saham LQ45 Jadi Penekan Indeks
Dari kelompok saham unggulan LQ45, sejumlah emiten menjadi penekan utama pergerakan indeks. Saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) tercatat turun 2,82%, diikuti PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) yang melemah 2,79%, dan PT Indosat Tbk (ISAT) yang merosot 2,78%.
Koreksi pada ketiga saham tersebut cukup signifikan mengingat bobotnya dalam indeks LQ45, sehingga memberikan kontribusi besar terhadap pelemahan IHSG.
Sektor Energi Masih Menjadi Penopang
Meski sebagian besar sektor melemah, sektor energi masih menunjukkan performa relatif lebih baik. Beberapa saham energi mencatat penguatan di tengah koreksi pasar, didukung oleh stabilnya harga komoditas global serta prospek positif permintaan energi menjelang akhir tahun.
Sentimen Pasar
Analis menilai, pergerakan IHSG yang terkoreksi tipis ini masih dalam batas wajar. Investor cenderung berhati-hati menjelang rilis data ekonomi domestik dan global yang dapat memengaruhi arah pasar. Selain itu, faktor eksternal seperti pergerakan dolar AS dan harga minyak dunia juga turut memengaruhi psikologi pasar.
“Pelemahan IHSG sebesar 0,20% mencerminkan fase konsolidasi jangka pendek. Investor masih menunggu arah pasti dari data inflasi dan kebijakan suku bunga di AS,” ujar seorang analis pasar modal di Jakarta.
Secara keseluruhan, koreksi IHSG hari ini tidak mengindikasikan perubahan tren besar, namun menunjukkan adanya rotasi sektor di tengah ketidakpastian global. Investor disarankan untuk tetap selektif memilih saham, terutama yang memiliki fundamental kuat dan prospek pertumbuhan positif.
Penulis: Merry Christina | Editor: Josep Maulana
