Travel

Krisis Penerbangan di AS: Ancaman Penutupan Wilayah Udara Bisa Mengganggu Jutaan Perjalanan

Jakarta – Amerika Serikat tengah menghadapi potensi gangguan besar dalam sektor penerbangan yang belum pernah terlihat sejak tragedi 11 September 2001. Penutupan sebagian pemerintah AS yang berlangsung hingga 36 hari memicu kekhawatiran serius terhadap keamanan dan kelancaran perjalanan udara di seluruh negeri.

Menteri Transportasi AS, Sean Duffy, memperingatkan bahwa jika kebuntuan anggaran berlanjut, sebagian wilayah udara negara itu bisa ditutup. Pernyataan ini memicu keresahan, mengingat penutupan wilayah udara terakhir kali terjadi pasca-serangan teroris pada 2001 yang menghentikan semua penerbangan komersial di AS.

Ancaman ini terutama terkait dengan keselamatan dan kemampuan AS untuk mengelola wilayah udara secara efektif. Duffy menekankan bahwa penutupan hanya akan dilakukan jika sistem penerbangan dianggap tidak aman.

Staf Kunci Penerbangan Tanpa Gaji

Masalah utama muncul dari ribuan pekerja kunci di sektor penerbangan, termasuk pengawas lalu lintas udara dan petugas keamanan bandara, yang bekerja tanpa gaji. Banyak dari mereka mulai mengambil cuti sakit karena tekanan finansial dan mental yang berat.

Sejumlah staf bahkan mencari pekerjaan sementara di luar sektor penerbangan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Administrasi Penerbangan Federal (FAA) melaporkan kekurangan hingga 3.000 pengawas lalu lintas udara akibat penundaan gaji. Jika situasi berlanjut hingga gaji kedua terlewat, dampaknya pada keamanan dan kelancaran penerbangan bisa sangat signifikan.

Nick Daniels, Presiden Asosiasi Pengendali Lalu Lintas Udara Nasional AS, menyatakan, “Setiap hari, situasi menjadi kurang aman dibandingkan hari sebelumnya,” menunjukkan keprihatinan serius terhadap moral dan keselamatan staf.

Dampak Awal pada Penumpang

Meski kekhawatiran meningkat, data awal menunjukkan bahwa gangguan penerbangan secara keseluruhan belum menurun drastis di bawah standar normal maskapai, yang biasanya menargetkan 80 persen keberangkatan tepat waktu.

Menurut Cirium, gangguan yang terjadi sejauh ini setara dengan kondisi saat badai petir besar, belum mencapai tingkat krisis total. Namun, lebih dari 3,2 juta penumpang diperkirakan terdampak sejak awal penutupan pemerintah pada 1 Oktober 2025. Maskapai mulai khawatir penurunan kepercayaan penumpang dapat memengaruhi pemesanan tiket di masa depan.

Implikasi Global

Jika wilayah udara AS ditutup, meski sebagian, efeknya akan terasa secara global. Sistem kontrol lalu lintas udara AS sangat terintegrasi, sehingga gangguan di satu wilayah akan cepat memengaruhi seluruh jaringan penerbangan.

Pengalihan rute dan pengurangan kapasitas dapat mengganggu jadwal penerbangan internasional, mempersulit konektivitas menuju Eropa, Asia, dan tujuan global lainnya. FlightAware melaporkan bahwa lebih dari 480 penerbangan domestik dan internasional mengalami penundaan, sementara 57 penerbangan dibatalkan pertengahan pekan lalu.

Situasi ini menyoroti betapa rapuhnya sistem penerbangan AS di tengah krisis politik dan ekonomi, dengan konsekuensi yang dapat dirasakan oleh jutaan penumpang di seluruh dunia.

 

Penulis: Rika Amelia | Editor: Wahyu Ramadhan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *